Sabtu, 22 Januari 2011

sejarah

Materi AD/ART Merpati Putih (Materi Tulis)

1. PROFIL PPS BETAKO MERPATI PUTIH

o Nama : Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH
o Tanggal berdiri : 2 April 1963 di Yogyakarta
o Motto Perguruan : Sumbangsihku Tak Seberapa Namun Keikhlasanku Nyata
o Nama Pendiri Aliran : Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro
o Nama Guru Besar saat ini : Mas Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Pung)
o FALSAFAH MERPATI PUTIH: Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening yang berarti “Mencari sampai mendapat kebenaran dengan keheningan ” atau dapat berarti pula “Mencari sampai mendapatkan suatu titisan kedamaian lahir batin, akan segala tindakan yang terpuji, untuk bekal / pusaka ketentraman selama hidup di dunia”
o TRY-PRASETIA Perguruan :
1) Taat dan Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Mengabdi dan berbakti pada Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia
3) Setia dan Taat Kepada Perguruan

2. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN
Latar belakang didirikannya PPS Betako Merpati Putih adalah hasil pengamatan Sang Guru, Saring Hadi Poernomo pada awal tahun 1960-an yang prihatin terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah milik bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap warga negara Indonesia mempunyai tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang sama dalam melestarikan kehidupan bangsa dan mencapai tujuan negara. Seni budaya Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan. Atas dasar hal tersebut tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa, dan negara. Sumbangsih beliau hanya didasari keyakinan bahwa “sikap dan perbuatan sekecil apapun, apabila dilandasi oleh itikad baik pasti akan ada hasilnya”. Keyakinan tersebut hingga kini menjadi semboyan perguruan yaitu: SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA. Kemudian Sang guru memberikan amanat sebagai berikut : “Saat ini aku merasa ada harapan mampu mewariskan ilmu-ilmu yang kumiliki ini kepadamu. Akan tetapi bukan berarti sampai disini saja tujuannya. Dan mulai saat ini pula kita harus memberanikan dari mengamalkan ilmu tersebut demi kepentingan masyarakat banyak. Artinya, ilmu ini tidak hanya diturunkan kepada keluarga saja, melainkan dikembangkan juga untuk kepentingan masyarakat. kembangkanlah untuk kepentingan Nasional. Amalkan untuk kepentingan Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Sebab dengan cara kita berusaha mengembangkan budaya bangsa, sama artinya kita mempertahankan identitas bangsa. Karena budaya adalah salah satu unsur perwujudan kepribadian bangsa. Pencak silat sebagai alah raga bela diri besar manfaat dan faedahnya dalam pembentukan diri dan pribadi. “Diri melihat bentuk fisik, yang artinya kondisi fisik sehat, sedang pribadi, dilihat dari segi penampilan, sikap budi, yang lebih cenderung disebut : sikap mental dan moral” Empat sikap watak dan prilaku yang menjadi banyak orang belajar pencak silat : * Akan menumbuhkan rasa jujur dan welas asih. * Menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri sebab didasarkan pada kemampuan yang dimikliki diri pribadi. * Dalam mempelajari pencak silat akan mendalami masalah keserasian dan keselarasan gerak, dan hal ini terwujud dalam sikap serta penampilannya sehari-hari. * Bagi pesilat yang benar-benar menghayati apa yang didapatkan dari sistem pelajaran akan menimbulkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Kepribadian yang kuat, memahami hidup dalam kehidupan”
Berdasarkan amanat Sang Guru, kedua pewaris yang juga puteranya, yaitu Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Pung) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Budi Alm.)bertekad mengambil langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Republik Indonesia dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk kepentingan nasional.
Atas berkat dan rakhmat dari Tuhan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, kedua pewaris membentuk Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH dengan filosofi MERSUDI PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING, yang secara harafiah berarti “Mencari sampai mendapat tindakan yang benar dalam ketenangan”. Pada periode 1995-1998 ini Ketua umum organisasi PPS BETAKO Merpati Putih adalah Letjen TNI (Purn) Solihin GP, sedangkan Dewan Pembinanya adalah Bapak Surono, Bapak Tjokropranolo, Bapak Sugiarto, Bapak Ismail Saleh, SH., Bapak Ir. Azwar Anas, Bapak Ir. Hartarto, dan Bapak Eddy M. Nalapraya. hingga kini PPS BETAKO Merpati Putih mempunyai kurang lebih 35 cabang dengan kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah (menurut data tahun 1993) yang tersebar di seluruh Nusantara dan saat ini mempunyai anggota sebanyak satu juta orang lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan tersebar di seluruh Indonesia.

3. SEJARAH PERGURUAN
Perguruan Pencak Silat Beladiri tangan Kosong (BETAKO) Merpati putih merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu beladiri rahasia keraton yang diwariskan secara turun menurun, sehingga rakyat jelata tidak diperbolehkan untuk mempelajari. Konon Pangeran Diponogoro pernah diwarisi ilmu ini. Namun pada akhirnya atas wasiat Sang Guru (Saring Hadi Poernomo grat X) ilmu Merpati Putih diperkenankan disebarluaskan dengan maksud untuk ditumbuh kembangkan agar berguna bagi bangsa dan negara.
Awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Prabu Amangkurat II atau Sunan Tegal Wangi atau Sunan Tegal Arum kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Karena kondisi yang ditimbulkan oleh penjajah Kolonial Belanda pada saat itu, Pangeran Prabu Amangkurat II mengadakan pengungsian didaerah Bagelen (wilayah terpencil di Yogyakarta). Bersama cicit perempuannya yaitu R.A. Nyi Djojo Redjoso (Grat III).
Disela-sela kesibukkannya dalam memikirkan, mengatur situasi kenegaraan (kerajaan) beliau sempat membimbing, menggembleng serta mengawasi cicitnya dalam menekuni ilmu beladiri. Kemudian R.A Nyi Djojo Redjoso dikaruniai 3 orang anak laki-laki, mereka adalah Gagak Seto, Gagak Handoko dan Gagak Samudro. Kepada dan lewat ketiga putranya inilah ilmu bela diri diwariskan. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu Sastra. Dan untuk seni beladiri diturunkan kepada Gagak Handoko. Konon karena kondisi saat itu, 3 saudara ini tercerai berai karena kondisi penjajahan kolonial pada saat itu. Kabarnya Raden Gagak Seto melarikan diri kearah timur dan Raden Gagak Samudro lari kearah barat sedangkan Raden Gagak Handoko masih tetap berdomisili di daerah Yogyakarta. Semasa pelariannya mereka mendirikan perguruan yaitu : -Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh) -Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa. -Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah). Lewat Raden Gagak Handoko inilah garis sejarah warisan Ilmu (sekarang kita kenal sebagai “Merpati Putih” tidak terputus. Namun Gagak Handoko mengerti bahwa ajaran perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan / menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan dalam gerakan silat dan tenaga tersimpan yang ada di naluri suci.
Tidak berhenti di situ saja, beliau juga berusaha mencari kelengkapannya, yaitu dari aliran Gagak Samodra dan Gagak seto. Akan tetapi beliau belum berhasil menemukan langsung, hanya naluri beliau, bahwa dua aliran yang punya materi sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara P. Jawa dan bagian tengah P. Jawa Konon suatu ketika Gagak Handoko pergi mengembara di daerah timur Pulau Jawa melalui / menyelusuri Pantai Selatan hingga sampai di daerah Gunung kelud dengan tujuan mempelajari dan mengetahui keadaan daerah, disamping itu juga mencari dua saudaranya yang terpisah.
Di dalam pengembaraannya, beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto. Sebelum beliau mengembara, Perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah berkembang dengan cepat. Dan sepulang dari pengembaraannya, dimana beliau tidak berhasil menemukan dua saudaranya, maka beliau melanjutkan pengembangan perguruan yang telah lama ditinggalkan. Beliau sadar akan usia ketuaannya yang tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi mandat penuh dan amanat kepada keturunannya yang pada silsilah termasuk dalam Grat V, yaitu R. Bongso permono ing Ngulakan Wates, untuk melanjutkan perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan beliau lalu pergi menyepi/bertapa hingga sampai meninggalnya di Gunung Jeruk.
Dalam kepemimpinan R. Bongso Permono, perkembangan perguruan semakin suram/mundur, R. bongso Permono sadar akan keadaan itu. Maka setelah menurunkan ilmunya kepada keturunannya, beliau mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Keturunannya itu bernama R.M. Wongso Widjojo. Pada masa kepemimpinan R.M. Wongso Widjojo, perguruan juga tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan ayahnya, oleh karena tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Yang selanjutnya masuk dalam garis keturunan ke VII (Grat VIII).

4. SILSILAH KETURUNAN
Berikut Silsilah Turunan aliran PPS Betako Merpati Putih:
1) BPH ADIWIDJOJO: Grat-I
2) PH SINGOSARI: Grat-II
3) R Ay DJOJOREDJOSO: Grat-III
4) GAGAK HANDOKO: Grat-IV
5) RM REKSO WIDJOJO: Grat-V
6) R BONGSO DJOJO: Grat-VI
7) DJO PREMONO: Grat-VII
8) RM WONGSO DJOJO: Grat-VIII
9) KROMO MENGGOLO: Grat-IX
10) SARING HADI POERNOMO: Grat-X
11) POERWOTO HADI POERNOMO dan BUDI SANTOSO HADI POERNOMO: Grat-XI

5. ARTI DAN LAMBANG MERPATI PUTIH

o Bentuk Perisai Persegi Lima : Menggambarkan Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.
o Bentuk Telapak Tangan Kanan : Menggambarkan semangat perjuangan, semangat kepahlawanan, semangat pembangunan, serta semangat gotong royong yang semua dapat diartikan dengan jiwa yang teguh, berjuang dengan gagah berani untuk mencapai tujuan yang suci.
o Merpati Putih sedang terbang : Cinta akan perdamaian dan berjiwa peri kemanusiaan yang adil dan beradab.
o Tulisan Merpati Putih dengan warna putih di atas pita merah : Dapat diartikan keberanian atas dasar kesucian, merupakan singkatan dari “Mersudi Patitising Tindak Puskanae Titising Hening”
o Tulisan warna Merah ‘BETAKO’ yang di ambil dari “Beladiri Tangan Kosong”.
o Gambar pita merah bertuliskan “Merpati Putih” dengan warna putih yang merupakan singkatan dari “Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening”, yang berarti :
• Mer-sudi : Mencari sampai mendapatkan.
• Pa-titising : Suatu titisan kedamaian lahir batin.
• Ti-ndak : Tindakan yang telah di halalkan oleh Allah.
• Pu-sakane : Sebagai bekal atau pusaka.
• Ti-tising : Insan terkasih (manusia dan segala ciptaan-Nya).
• Hening : Suci karena Allah.
Dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih :
“Mencari sampai mendapatkan suatu titisan kedamaian lahir batin, akan segala tindakan yang terpuji, untuk bekal atau pusaka ketentraman hidup di dunia sebagai insan suci ciptaan Tuhan Yang Maha Esa”.
Secara singkat dapat diartikan : “Mencari sampai mendapat tindakan yang benar dengan ketenangan.”

6. TINGKATAN DALAM MERPATI PUTIH
Dalam perguruan merpati putih, tinggkatan di bagi menjadi 12 tingkatan yaitu:
1) Dasar Satu : Dilambangkan dengan sabuk berwarna putih Polos
2) Dasar Dua : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah Polos dan bedge IPSI di dada sebelah kanan serta bedge Merpati Putih di dada sebelah kiri.
3) Balik Satu : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk.
4) Balik Dua : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna merah di atasnya.
5) Kombinasi Satu : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna jingga/orange di atasnya
6) Kombinasi Dua : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna kuning di atasnya
7) Khusus Satu : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna hijau di atasnya
8) Khusus Dua : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita berwarna biru di atasnya
9) Khusus Tiga : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna nila di atasnya
10) Penyegaran : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna ungu di atasnya
11) Inti Satu : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna putih di atasnya
12) Inti Dua : Dilambangkan dengan sabuk berwarna merah dengan tanda Bedge di ujung sabuk dan pita (strip) berwarna merah putih di atasnya


7. AMANAT SANG GURU
Amanat Sang Guru, seorang Anggota Merpati putih haruslah mengemban amanat Sang Guru yaitu :
1) Memiliki rasa jujur dan welas asih
2) Percaya pada diri sendiri
3) Keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari
4) Menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketaqwaan kepada Tuhan YME.
TRY-PRASETIA atau yang lebih dikenal sebagai Janji Anggota adalah janji yang harus diucapkan oleh setiap anggota yang menunjukkan tekad mereka akan sebuah kesepakatan. Keterikatan dan peran serta baik pribadi maupun bersama dengan anggota lain adalah suatu konsensus, yang meliputi :
1) Taat dan Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Mengabdi dan berbakti pada Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia
3) Setia dan Taat Kepada Perguruan